Selasa, 29 Desember 2009

Partai Politik ala Ramlan Surbakti


Dalam buku memahami ilmu politik karya Ramlan Surbakti (1992), partai politik dijelaskan seperti memiliki fungsi yang mana berkaitan penting dengan sejarah negara. Dikatakan demikian karena partai memiliki ideologi yang terus dipertahankan sehingga program yang disusun juga ikut dipertimbangan sebagai tawaran kekuasaan. Dengan demikian maka program program yang dijalankan nantinya, terlebih setelah melalui proses pemenangan, maka sudah tentu akan menjadi prioritas bagi jalannya kepemerintahan negara.

Secara garis besar Ramlan Surbakti menjelaskan bahwa fungsi partai politik ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program program yang disusun berdasarkan ideology tertentu. Namun beberapa diantaranya juga melengkapi funsi yang lain seperti; sosialisasi politik, rekrutmen politik, partisipasi politik, pemandu kepentingan, komunikasi politik, pengendalian konflik, dan control politik.

Demi menjaga kredibilitas paratai politik, maka dilakukanlah proses yang disebut sebagai sosialisasi politik. Sosialisasi politik dilakukan untuk membentuk sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat. Selain sosialisasi politik dalam partai politik juga dilakukan rekruitmen politik. Rekruitmen merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Kemudian setelahnya ada partisipasi politik yang diharapkan fungsinya sebagai wujud ketaatan dari warga negara. Dalam partai juga memiliki dilema atas suara anggota masyarakat yang mana diselesaikan dengan cara menampung dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan. Cara yang dilakukan juga sebagai alternative untuk merumuskan kebijakan umum, dan pembuatan serta pelaksanaan keputusan politik ini disebut dengan pemadu kepentingan.

Ramlan surbakti juga menuliskan dalam bukunya bahwa partai ada karena digunakan sebagai komunikator politik. Hal ini disebut dengan komunikasi politik. Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah.

Dan hal yang paling berkaitan dengan penelitian ini adalah pengendalian konflik dan control politik yang dituliskan dalam buku memahami ilmu politik ini. Sebagai perantara aspirasi masyarakat seharusnya sudah menjadi tanggung jawab partai untuk memberikan kenyamanan atas jaminan walaupun dalam situasi konflik sekalipun. Yang dimaksudkan ikut bertanggung jawab disini adalah dengan cara berdialog dengan pihak pihak yang berkonflik, merampungkan dan memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan kedalam musyawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik. Kemudian control politik. Control politik dijelaskan sebagai kegiatan untuk menunjukkan kesalahan, kelemahan dan penyimpangan dalam isi suatu kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah.

intisari dari buku: memahami ilmu politik, Ramlan Surbakti
dimas adit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


satu kesempatan menjadi mahasiswa

hanya yang menjadi mahasiswa yang bisa merasakan atmosfir akademik yang proporsional. karena "maha" adalah diatas segala tingkatan siswa. tapi realitas yang ada peran mahasiswa semakin surut hanya karena perkembangan negara yang ramai dan ter-substansi dengan sendirinya, artinya, saat situasi dan kondisi dimana pemerintah dan rakyat ter-expose akibat kasus, bencana, atau kesalahan sosial, maka barulah muncul suara mahasiswa. tapi bagaimana dengan sekarang, dimana banyak permasalahan negara, pemerintah dan rakyat semakin sulit di rangkum menjadi satu. semua menjadi terpecah seakan-akan memiliki pola dan basis yang berbeda-beda. hal ini tentu memecah konsentrasi mahasiswa dan pada akhirnya mahasiswa kini tidak hanya lebih dari sekedar pencari nilai, pemburu title, yang hanya datang, kuliah, menulis, membaca, lalu pulang dan mengerjakan tugas makalah-makalah. tidak ada yang salah dengan ini, bahkan kampus dianggap jenjang setelah sekolah menengah saja pun tidak jadi soal. yang menjadi persoalan adalah, sekarang pragmatisme kampus di mata masyarakat adalah menjadi keharusan untuk kepentingan masa depan seseorang. artinya, kampus menjadi tren dari institusi yang menjual ke-sarjanaan untuk nantinya di obral kepada perusahaan-perusahaan. lalu bagaimana bila satu contoh ribuan orang memburu kampus, maka jelas yang muncul adalah ribuan sarjana mencari kerja, dan ribuan pekerjaan harus siap menampung mereka. lalu bagaimana dengan pembuat lapangan pekerjaan ? apakah mereka juga lulusan kampus ?

lalu menurut anda ?

jawaban ada di tangan anda, karena realitas di sekitar anda-lah yang bisa anda ambil sebagai renungan. terutama untuk anda yang mengaku sebagai mahasiswa, jangan biarkan idealisme menjadi makanan, tapi juga jangan idealisme harus ditekan. seimbangkan antara pengetahuan, pemahaman, serta penerapan. jangan sampai anda sama dengan orang-orang yang bukan sarjana. karna kalau sampai hidup anda dan apa yang anda lakukan tidak lebih sama dengan orang-orang bukan sarjana, maka copot saja almamater anda lalu berikanlah pada anak muda di pinggir jalan yang ingin kuliah.

satu kesempatan menjadi mahasiswa.
dimas